Banyak orang yang percaya bahwa terdapat Nyawa / Roh yang membuat
manusia menjadi hidup. Kesadaran yang dimiliki seseorang adalah milik
roh orang tersebut. Ketika berpisah dengan tubuh, tubuh fisik akan mati
dan roh akan melanjutkan ke kehidupan selanjutnya. Anggapan ini memiliki
beberapa komponen:
1. Roh/Nyawa adalah yang menyebabkan manusia hidup.
2. Kepribadian dan Kesadaran kita adalah milik roh, dan akan survive melanjutkan ke kehidupan selanjutnya ketika tubuh fisik mati.
Jika sekedar perubahan pada struktur saja bisa mengubah kepribadian, apalagi kalau seluruh sel otak mati. Ketika mengalami kematian, seluruh sel otak kita akan mati sehingga kesadaran dan kepribadian kita pun akan lenyap bersamaan dengan matinya sel-sel otak tersebut. Jika tidak ada roh yang survive setelah kita mati, maka sepertinya cukup mudah untuk kita menarik kesimpulan sendiri tentang klaim bahwa ada kehidupan setelah kematian. Paham bahwa ada dualisme antara tubuh dan jiwa sudah semakin ditinggalkan, karena kenyataannya yang lebih didukung bukti adalah sudut pandang monisme bahwa manusia ini ya hanya fisik saja. Nothing outlast the body, and there’s no ghost in the machine.
2. Kepribadian dan Kesadaran kita adalah milik roh, dan akan survive melanjutkan ke kehidupan selanjutnya ketika tubuh fisik mati.
3. Ada kehidupan selanjutnya (baik berupa
akhirat maupun reinkarnasi). Faktanya adalah: Kehidupan manusia adalah
konsekuensi dari koordinasi berbagai kerja organ tubuh. Kenyataan bahwa
setiap orang yang mati pasti memiliki penyebab fisik yang mendasari
kematiannya merupakan buktinya. Manusia akan mati jika ada organ yang
gagal berfungsi, terutama organ vital. Apa yang membuat organ-organ
tersebut bekerja? Jawabannya bukan nyawa. Organ2 tersebut akan bekerja
selama ada supply energi dan tidak ada gangguan. Energinya berasal dari
nutrisi, dari makanan yang dikonsumsi. Semenjak organ2 tersebut sudah
terbentuk sempurna dan berkesempatan untuk menjalankan fungsinya,
organ2 itu sudah mulai bekerja secara otomatis dengan menyerap nutrisi
tentunya (paru2 baru bekerja saat bayi dilahirkan). Ada saatnya di dalam
kandungan ketika jabang bayi masih merupakan bagian dari tubuh
induknya, ketika organ2nya belum tumbuh sempurna. Satu per satu organ
terbentuk dan mulai bekerja. Selama masih menjadi bagian dari tubuh
induk, jabang bayi bisa dianggap sebagai organ tubuh si induk dan hidup
dengan menyerap nutrisi dari induknya. Ketika seluruh organ sudah cukup
siap untuk bekerja, bayi pun berpisah dari induknya.
Singkat kata, kehidupan pada manusia merupakan suatu rantai yang tak
terputus dari induknya, ke induknya lagi, ke induknya lagi terus
demikian. Sejauh ini peran dimana nyawa berperan untuk menjaga kehidupan
tidaklah terbukti. Kenyataannya adalah kalau ada orang yang mati karena
serangan jantung, ia mati karena jantungnya berhenti berdetak. Karena
ada gangguan fisik pada jantung tersebut. Berbeda dengan pandangan dari
sudut pandang mereka yang percaya nyawa, bahwa jantung berhenti karena
nyawanya dicabut. Kemudian terkait dengan kepribadian dan kesadaran.
Jika memang kepribadian dan kesadaran ini adalah milik roh yang lebih
kekal yang menempati tubuh fisik manusia, maka seharusnya Kepribadian
dan kesadaran tidak terkait struktur fisik, karena berdasarkan asumsi
yang ada, ia bisa survive meski tanpa struktur fisik tubuh manusia
sehingga bisa terus meneruskan hidupnya setelah tubuh fisik manusia
mati. Fakta yang ditemukan lebih mendukung bahwa kepribadian dan
kesadaran merupakan produk dari interaksi antar sel otak. Kepribadian
dan kesadaran seseorang bisa benar2 berubah jika struktur fisik pada
otaknya mengalami perubahan, sebagaimana yang terjadi pada kasus2 orang
yang mengalami gangguan pada otaknya (stroke, tumor, dll). Mereka yang
mengalami perubahan pada struktur otak bisa mengalami perubahan pada
tingkah laku, bahkan berubah sifat dan kepribadiannya menjadi orang yang
sama sekali berbeda.Jika sekedar perubahan pada struktur saja bisa mengubah kepribadian, apalagi kalau seluruh sel otak mati. Ketika mengalami kematian, seluruh sel otak kita akan mati sehingga kesadaran dan kepribadian kita pun akan lenyap bersamaan dengan matinya sel-sel otak tersebut. Jika tidak ada roh yang survive setelah kita mati, maka sepertinya cukup mudah untuk kita menarik kesimpulan sendiri tentang klaim bahwa ada kehidupan setelah kematian. Paham bahwa ada dualisme antara tubuh dan jiwa sudah semakin ditinggalkan, karena kenyataannya yang lebih didukung bukti adalah sudut pandang monisme bahwa manusia ini ya hanya fisik saja. Nothing outlast the body, and there’s no ghost in the machine.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar