BAB I
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi
jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui
oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian
halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam
perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan
bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.Meski diakui
bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata,
disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material
yang cukup besar
, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada
problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan.
Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah
bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus
diawali.
Di sekolah terdapat proses belajar
mengajar yang merupakan interaksi antara guru dan siswa. Berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada proses belajar yang
dialami siswa itu sendiri sebagai anak didik. Agar siswa berhasil, siswa harus
mampu memahami materi pelajaran yang nantinya diharapkan siswa dapat menyelesaikan
ujian dengan baik sebagai hasil evaluasi belajar.
Dalam aktivitas belajar salah satu hal yang dilakukan guru selain menjelaskan materi adalah memberikan tugas. Tugas tersebut meliputi mengerjakan pekerjaan rumah (PR), menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, ulangan harian, ulangan umum, dan juga ujian
Dalam aktivitas belajar salah satu hal yang dilakukan guru selain menjelaskan materi adalah memberikan tugas. Tugas tersebut meliputi mengerjakan pekerjaan rumah (PR), menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, ulangan harian, ulangan umum, dan juga ujian
PR merupakan tugas yang diberikan pada
pelajar oleh guru sekolah untuk dikerjakan di luar sekolah. Alasan pemberian PR
adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi-materi yang telah
diajarkan oleh guruPR adalah alat untuk mempercepat langkah perolehan
pengetahuan. PR dipercaya menjadi arti penting bagi kedisiplinan ingatan murid.
Ingatan tidak hanya digunakan sebagai perolehan pengetahuan saja tetapi juga
sebagai latihan mental individu. Oleh karena itu PR dianggap sebagai strategi
penting dalam pengajaran.
Pada umumnya pekerjaan rumah dipandang
sebagai unsur yang penting dalam pengajaran. Hasil belajar murid banyak
ditentukan sampai manakah ia melakukan pekerjaan rumahnya dengan baik
dan jujur. Fungsi pekerjaan rumah yang terpenting ialah mendorong anak belajar
sendiri.Agar pekerjaan rumah menjadi efektif,menyarankan
agar pekerjaan rumah yang diberikan harus diintegrasikan dengan apa yang telah
dipelajari anak sebelumnya. Pekerjaan rumah harus didasarkan atas apa yang
telah dikuasai anak. Di samping itu pekerjaan rumah harus didasarkan pada
pengetahuan dan ketrampilan yang telah dikuasai oleh semua murid.
Pada pekerjaan rumah yang berupa proyek
biasanya siswa ditugaskan untuk mengumpulkan sejumlah bahan berhubungan dengan
suatu masalah untuk menyusun laporan, membuat percobaan, atau demonstrasi.
Efektif tidaknya pekerjaan rumah ini bergantung antara lain pada sifat
pekerjaan itu. Jika pekerjaan itu terlalu sulit, maka tidak akan efektif. Jadi
masalah yang dihadapkan kepada anak harus sesuai dengan latar belakang
pengetahuan dan kemampuan anak agar efektif.
Melihat kondisi rendahnya
prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah
satunya adalah pemberian tugas kepada siswa. Dengan pemberian pekerjaan rumah
kepada siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga
terjadi pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah
dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa.Hal tersebut
menjadikan tujuan guru memberikan tugas tersebut tidak tercapai karena
kebanyakan mereka yang mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah itu mencontek
dari teman yang sudah mengerjakan.
Pada siswa SMA banyak yang menganggap PR itu
penting, namun kenyataannya mereka tidak menjadikan PR itu sebagaimana
mestinya. Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa PR yang diberikan tidak
dapat mencapai tujuannya. Padahal jika dilihat dari tujuan pemberian PR itu
sendiri adalah supaya siswa berlatih, mengolah kembali materi pelajaran,
menyusun jalan pikiran secara berantai, belajar membagi waktunya dengan baik,
belajar teknik-teknik studi yang efisien dan efektif.
Beranjak dari fenomena diatas peneliti
tertarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya
motivasi siswa SMA dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Adanya informasi mengenai
faktor-faktor tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi para guru mengenai
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk membuat PR menjadi lebih efektif, dan
membangkitkan motivasi siswa dalam mengerjakan PR.
B.Rumusan Masalah
1.Apakah melalui teknik pemberian tugas pekerjaan
rumah dapat meningkatkan prestasi belajar bagi siswa
2.Apakah peran serta orang tua dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam mengerjakan pekerjaan rumah
C.Tujuan
1.Untuk mengetahui apakah melalui pemberian pekerjaan
rumah dapat meningkatkan prestasi belajar bagi siswa
2.Untuk mengetahui apakah peran serta oramg tua dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mengerjakan pekerjaan rumah
D.Manfaat
1.Sebagai bahan
masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.
2.Sebagai
bahan masukan bagi siswa untuk memanfaatkan pekerjaan rumah dalam rangka
meningkatkan prestasi belajarnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Metode Pemberian Tugas Oleh Guru
Metode pemberian tugas merupakan suatu
metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang biasa
disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya guru memberikan tugas itu
sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan
rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang dikemukakan : Roestiyah dalam
bukunya “Didaktik Metodik” yang mengatakan : “ Untuk pekerjaan rumah, guru
menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan
dikelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca. Juga juga menambah
tugas (1),cari buku lain untuk membedakan(2), pelajari keadaan
orangnya”(roestiyah, 1996 : 75 ). Dalam buku lainnya yang berjudul Startegi
Belajar Mengajar hal.132, Roestiyah mengatakan teknik pemberian tugas
memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena
siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman
siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi.
Metode pemberian tugas merupakan
cara penyajian bahan pelajaran yang harus dilaporkan atau dipertanggung
jawabkan. Dengan metode pemberian, dalam memberikan bantuan kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar dengan jalan siswa diberi tugas. Efektifitas dan
efisiensi kegiatan belajar mengajar harus selalu ditingkatkan. Guru mempunyai
peran yang besar dalam merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi kegiatan
belajar mengajar. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha
meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa
untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Dalam hal ini guru harus
mengatur waktu yang tersedia dengan jumlah materi yang ada, sehingga akhirnya pengajaran
menjadi tuntas. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru perlu memanfaatkan waktu
tersebut dengan memberi tugas tugas di luar jam pelajaran baik sebelum jam
pelajaran maupun sesudah jam pelajaran. Setelah diberi informasi mengenai
pengetahuan dan keterampilan yang harus mereka miliki, siswa hendaknya diberi
kesempatan untuk berlatih mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan setelah
siswa belajar. Selain diberi kesempatan untuk berlatih, siswa hendaknya diberi
tahu tentang hasil mereka berlatih. Mereka perlu diberi umpan balik, dan mereka
perlu diberi tahu apakah jawaban mereka benar atau salah. Siswa-siswa yang
mengetahui jawabannya salah diharapkan tidak akan mengulangi lagi kesalahan
yang serupa. Teknik pemberian tugas menurut Roestiyah N. K (2001: 133) adalah:
“Teknik pemberian tugas digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Di samping itu untuk memperoleh pengetahuan secara seksama tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta ketrampilan siswa disekolah,melalui kegiatan di luar sekolah itu”.
Menurut Nana Sudjana (2000: 81):Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa laksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu tugas dapat dilaksanakan secara individual atau kelompok.
“Teknik pemberian tugas digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Di samping itu untuk memperoleh pengetahuan secara seksama tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta ketrampilan siswa disekolah,melalui kegiatan di luar sekolah itu”.
Menurut Nana Sudjana (2000: 81):Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa laksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu tugas dapat dilaksanakan secara individual atau kelompok.
Berdasarkan pendapat dari Roestiyah
N. K dan Nana Sudjana dapat dikatakan bahwa dengan pemberian tugas akan
merangsang untuk aktif dalam belajar, sehingga tujuan belajarnya dapat tercapai
dan hasil belajar yang dicapai lebih mantap.
Dengan pengertian lain tugas ini
jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan
dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Siswa
dapat menyelesaikan di sekolah, atau dirumah atau di tempat lain yang kiranya
dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau
kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan
dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang
diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam
pelajaran tatap muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa,
dinilai, dan dibahas tentang hasilnya.
Dalam
memberikan tugas, guru harus memperhatikan hal-hal berikut: Memberikan penjelasan mengenai
- Tujuan penugasan
- Bentuk pelaksanaan tugas
- Manfaat tugas
- Bentuk Pekerjaan
- Tempat dan waktu penyelesaian tugas
- Memberikan bimbingan dan dorongan
- Memberikan penilaian.
Bertujuan agar hasil belajar lebih mantap karena siswa
melaksanakan latihan, sehingga pengalaman siswa mempelajari sesuatu lebih
terintegrasi.
Dengan kata lain, tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan
rumah karena metode pemberian tugas diberikan guru kepada siswa untuk
diselesaikan dan dipertanggungjawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah,
di rumah atau di tempat lain yang dapat menunjang penyelesaian, baik secara
individu atau kelompok. Tujuannya melatih atau menunjang materi yang diberikan
dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab.Tugas dari guru merupakan bagian dari pelajaran sekolah
yang harus dikerjakan oleh siswa di rumah. Menurut WJS Purwadarminta (l987:104)
tugas merupakan sesuatu yang harus dikerjakan atas sesuatu yang ditentukan
untuk dilaksanakan. Demikian, tugas merupakan kegiatan siswa di luar jam tatap
muka yang diberikan oleh guru kepada siswa agar siswa dapat lebih mendalami dan
memahami materi yang diberikan. Tujuan pemberian tugas adalah untuk melatih,
mempermahir, dan memperdalam pengetahuan siswa terhadap pelajaran-pelajaran
yang diterimanya di sekolah.
Dalam percakapan sehari-hari tugas ini dikenal dengan sebutan pekerjaan
rumah atau disingkat PR. Pekerjaan Rumah terdiri dari tiga fase kegiatan, yaitu
(1) pendidik memberikan tugas, (2) Anak didik melaksanakan tugas, (3) Anak
didik mempertanggung jawabkan apa yang dipelajarinya kepada pendidik.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas ini dalam
pelaksanaannya memiliki beberapa kelebihan disamping juga mempunyai beberapa
kelemahan. Adapun
kelebihan metode pemberian tugas diantaranya adalah Metode ini merupakan
aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu
guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas
sehubungan dengan apa yang dipelajari, sehingga :
- Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri
- Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri.
- Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan
- Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
- Dapat mengembangkan kreativitas siswa
- Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.
Adapun kelemahan metode pemberian tugas
- Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.
- Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas
- Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa,
- Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit
- Pemberian tugas yangmonoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.
- Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.
Adapun
kelemahan metode pemberian tugas
- Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.
- Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas
- Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa,
- Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit
- Pemberian tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.
- Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.
Cara
Melaksanakan Metode Pemberian Tugas Rumah
PR ini diberikan kepada para siswa pada akhir pelajaran,
pokok bahasan atau sub pokok bahasan, bahkan pertemuan. Tugas yang diberikan
hendaknya dipersiapkan dengan baik oleh guru sehingga dapat melahirkan
penguasaan atas pengetahuan dan keterampilan tertentu. Guru membuat soal, baik
sewaktu mengajar atau pun sebelumnya, Jumlah soal/skop materi yang diberikan
mesti mencakup seluruh bahan yang diajarkan pada bahasan waktu itu, bahkan di
upayakan ada bahan yang bersifat mengulang pelajaran yang telah lalu. Guru
hendaknya memberikan penjelasan yang cukup tentang materi tersebut sehingga
tidak timbul kesalahfahaman dalam pelaksanaannya.
Guru hendaknya membimbing pekerjaan tersebut, terutama bila
para siswa mengalami kesulitan serta memberikan petunjuk penyelesaiannya.
Pemeriksaan terhadap PR tadi bisa dilakukan beberapa menit sebelum pelajaran
dimulai pada jam bahasan berikutnya atau guru menyediakan waktu ekstra untuk
itu. Ketika para siswa tidak mengerjakan tugas, atau tugasnya belum selesai,
bisa diberikan hukuman yang bersifat edukatif demi mendorong motivasi merekadan
bagi siswa yang benar dan duluan mengumbulnya dapay diberi hadiah. Hadiahnya
yang diberikan tidak harus bentuk benda, tetapi bias diberi ucapan selamat pada
siswa yang tercepat mengumpul dan benar sambil memberi tepukan tangan di depan
teman-temannya.
Manfaat
Pemberian Tugas Rumah
Metode ini akan mendapat manfaat apabila dilakukan dengan baik seperti contoh berikut. Tugas tersebut merupakan pengulangan dan pemantapan pengertian murid pada pelajaran yang diberikan. Dengan dasar learning by doing, diharapkan kesan pada diri anak akan lebih mendalam dan mudah diingat (adanya penambahan frekuensi belajar). Sikap dan pengalaman atas suatu masalah dan murid akan dapat dibina lebih kuat (bimbingan dari guru) dengan adanya penambahan belajar kelompok (bersama teman), adanya kesempatan untuk bertanya setelah menghadapi soal/perintah yang tak terpecahkan, dan pemberian tugas (PR). Dengan demikian keterbatasan waktu di kelas untuk memecahkan suatu masalah atau pemahaman suatu materi akan terpecahkan (adanya penambahan waktu belajar siswa). Siswa didorong untuk mencari sendiri bahan/sumber pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang mereka pelajari.
Metode ini akan mendapat manfaat apabila dilakukan dengan baik seperti contoh berikut. Tugas tersebut merupakan pengulangan dan pemantapan pengertian murid pada pelajaran yang diberikan. Dengan dasar learning by doing, diharapkan kesan pada diri anak akan lebih mendalam dan mudah diingat (adanya penambahan frekuensi belajar). Sikap dan pengalaman atas suatu masalah dan murid akan dapat dibina lebih kuat (bimbingan dari guru) dengan adanya penambahan belajar kelompok (bersama teman), adanya kesempatan untuk bertanya setelah menghadapi soal/perintah yang tak terpecahkan, dan pemberian tugas (PR). Dengan demikian keterbatasan waktu di kelas untuk memecahkan suatu masalah atau pemahaman suatu materi akan terpecahkan (adanya penambahan waktu belajar siswa). Siswa didorong untuk mencari sendiri bahan/sumber pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang mereka pelajari.
Kelemahan
yang dapat diamati dari pemberian tugas rumah dapat di gambarkan sebagai
berikut.
- Seringkali siswa tidak mengerjakan rumah dengan kemampuan sendiri, melainkan meniru/menyontek atau pun ikut-ikutan dengan alasan kerjasama;
- Guru kurang konsekuen memeriksa dan menghargai pekerjaan murid
- Bila pekerjaan tenlalu sulit, hal ini akan menimbulkan kekurangtenangan mental siswa, takut, khawatir dan sebagainya
- Sukar untuk memberikan tugas secara individual sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan siswa sendiri.
- Para siswa mengerjakan PR tidak mengikuti cara yang telah diajarkan oleh guru/buku; dan
- Para siswa lambat memahami keterangan dari guru.
- Upaya Mengefektifkan Pemberian Tugas Rumah
- Upaya yang dapat dilakukan untuk mengefektifkan pemberian tugas rumah dapat diuraikan sebagai berikut:
- Tugas yang diberikan mempunyai pertalian erat dengan bahan yang telah dijelaskan di kelas
- Usahakan tugas yang diberikan disadari benar manfaatnya oleh siswa guna menimbulkan minat yang lebih besar
- Waktu yang diberikan untuk melaksanakan tugas tidak terlalu lama atau pendek agar tidak menimbulkan kejemuan ataupun kecemasan
- * Upayakan agar siswa tahu tentang alat dan cara menilai hasil pekerjaan tersebut sehingga akan mengurangi banyaknya kesalahan dan rendahnya nilai; dan
- * Guru tidak sungkan memberikan hadiah kepada mereka yang berhasil serta hukuman kepada mereka yang tidak mengerjakannya dengan konsekuen
B.Jenis-Jenis
Tugas Yang Diberikan Guru
Tugas sangat banyak macamnya,
bergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, tugas
menyusun laporan, tugas motorik, dan lain-lain. Selain itu, menurut jumlah
siswa, pemberian tugas dibedakan menjadi dua, yaitu pemberian tugas individu
dan kelompok.
a) Pemberian tugas individu
Menurut Roestiyah N. K. (1986: 75): “Tugas individu adalah tugas yang diberikan kepada siswa untuk dipertanggungjawabkan secara individu”. Tugas individu memiliki kelebihan antara lain:
(1) melatih siswa untuk belajar sendiri
(2) melatih siswa untuk disiplin dan tidak cepat putus asa
(3) melatih siswa untuk percaya diri pada kemampuannya
Meskipun demikian, pemberian tugas individu juga memiliki kekurangan, antara lain:
(1) kadang-kadang siswa hanya menyalin pekerjaan temannya
(2) bagi siswa yang kurang mampu, dapat menghambat belajarnya dan bila sering tidak dapat mengerjakan dapat menyebabkan siswa malu dan rendah diri.
b) Pemberian tugas kelompok
Tugas kelompok merupakan salah satu teknik dalam strategi belajar mengajar. Tugas kelompok adalah salah satu cara mengajar siswa di dalam atau di luar kelas yang dipandang sebagai kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari berbagai individu tersebut”. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari tugas kelompok adalah siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama
Menurut Roestiyah N. K (1997: 17):Keuntungan pemberian tugas secara kelompok:
a) dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas permasalahan
b) dapat memberi kesempatan kepada para siswa siswa untuk intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah
c) dapat mengembangkan kepemimpinan dan ketrampilan dalam diskusi
d) dapat memungkinkan guru untuk lebih aktif memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhannya dalam belajar
e) para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi
f) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain. Yang mana mereka telah saling membentuk kelompok dalam mencapai tujuan bersama
a) Pemberian tugas individu
Menurut Roestiyah N. K. (1986: 75): “Tugas individu adalah tugas yang diberikan kepada siswa untuk dipertanggungjawabkan secara individu”. Tugas individu memiliki kelebihan antara lain:
(1) melatih siswa untuk belajar sendiri
(2) melatih siswa untuk disiplin dan tidak cepat putus asa
(3) melatih siswa untuk percaya diri pada kemampuannya
Meskipun demikian, pemberian tugas individu juga memiliki kekurangan, antara lain:
(1) kadang-kadang siswa hanya menyalin pekerjaan temannya
(2) bagi siswa yang kurang mampu, dapat menghambat belajarnya dan bila sering tidak dapat mengerjakan dapat menyebabkan siswa malu dan rendah diri.
b) Pemberian tugas kelompok
Tugas kelompok merupakan salah satu teknik dalam strategi belajar mengajar. Tugas kelompok adalah salah satu cara mengajar siswa di dalam atau di luar kelas yang dipandang sebagai kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari berbagai individu tersebut”. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari tugas kelompok adalah siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama
Menurut Roestiyah N. K (1997: 17):Keuntungan pemberian tugas secara kelompok:
a) dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas permasalahan
b) dapat memberi kesempatan kepada para siswa siswa untuk intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah
c) dapat mengembangkan kepemimpinan dan ketrampilan dalam diskusi
d) dapat memungkinkan guru untuk lebih aktif memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhannya dalam belajar
e) para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi
f) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain. Yang mana mereka telah saling membentuk kelompok dalam mencapai tujuan bersama
Kelemahan pemberian tugas secara kelompok:
a) strategi ini ditunjang dengan penelitian yang khusus
b) kerja kelompok sering-sering hanya melihat siswa yang mampu, sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang
c) strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula
d) keberhasilan strategi ini tergantung pada kemampuan siswa untuk bekerja sendiri.
a) strategi ini ditunjang dengan penelitian yang khusus
b) kerja kelompok sering-sering hanya melihat siswa yang mampu, sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang
c) strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula
d) keberhasilan strategi ini tergantung pada kemampuan siswa untuk bekerja sendiri.
Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat
membantu berlangsungnya proses belajar mengajar :
- Tugas membuat rangkuman
- Tugas membuat makalah
- Menyelesaikan soal
- Tugas mengadakan observasi
- Tugas mempraktekkan sesuatu
- Tugas mendemonstrasikan observasi
C.Faktor-Faktor Penyebab Siswa
Mengerjakan Pekerjaan Rumah Di Sekolah
Berdasarkan data yang diperoleh dari keenam informan siswa
SMA, ada banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa SMA terhadap
PR. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa SMA dalam
pengerjaan PR dapat dikelompokkan ke dalam faktor ekternal dan internal.
A. Faktor Eksternal
1.1. Tindak lanjut guru dalam pemberian PR
Faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa dalam mengerjakan PR adalah tindak lanjut dari pemberian PR. Seluruh siswa dalam penelitian ini merasakan bahwa guru yang kurang memperhatikan tindak lanjut dari pemberian PR menjadikan mereka kurang termotivasi mengerjakan PR. Sekalipun para guru menyatakan bahwa mereka membahas, mencocokkan dan memberikan nilai pada PR siswa, namun sebagian siswa menyatakan bahwa guru biasanya hanya membahas soal-soal PR yang dianggapnya sulit atau hanya menandatangi PR yang sudah mereka kerjakan tanpa membahasnya. Menurut mereka soal yang sulit bagi seseorang belum tentu sulit bagi yang lain, karenanya mereka ingin sekali soal-soal PR dapat dibahas semuanya, sehingga mereka dapat mengetahui benar-tidaknya yang telah mereka kerjakan.Guru sebagai informan di sini memang menyatakan bahwa ia melakukan tindak lanjut terhadap PR yang diberikan. Namum tampaknya tindak lanjut belum diberikan secara maksimal sehingga hal tersebut mengurangi motivasi siswa dalam mengerjakan PR.
Apa yang disampaikan oleh para siswa selaku informan sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rusyan et al. (1989), bahwa peserta didik yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan itu akan menimbulkan kepuasan dan akan mendorong belajar yang lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi atau dapat pula menjadi cambuk. Ketika siswa tidak tahu hasil dari mengerjakan PR maka ia tidak akan termotivasi untuk mengerjakan PR. Demikian juga menurut Nasution (2005), bahwa tidak ada metode mengajar yang menjamin keberhasilan. Keberhasilan baru diketahui bila ada penilaian yang dapat menunjukkan kesalahan dan kekurangan sebagai umpan balik (feedback) untuk diperbaiki. Mengabaikan feedback adalah meniadakan salah satu aspek yang penting dalam proses belajar.
1.2. Pemberian nilai
Faktor pemberian nilai juga ikut mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Menurut para siswa, tidak adanya pemberian nilai untuk apa yang sudah mereka kerjakan akan menurunkan motivasi mereka dalam mengerjakan PR. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Woolfolk (1993), bahwa siswa perlu mendapatkan penghargaan dan reward (hadiah) atas apa yang telah mereka kerjakan. Reward yang diberikan bisa berupa nilai, hadiah atau sekedar pujian, dengan demikian siswa akan termotivasi untuk mengerjakan PR.
1.3. Jenis PR
Jenis PR yang diberikan oleh guru juga mempengaruhi motivasi siswa untuk mengerjakannya. Guru mengatakan bahwa jenis PR yang diberikan berbeda-beda untuk tiap mata pelajaran. Semua tergantung dari materi pelajarannya. Tiap guru memiliki cara yang berbeda pula untuk membuat siswa tertarik dengan PR yang diberikan.
Para siswa menyatakan bahwa selama ini sekolah banyak menggunakan BTS sebagai panduan siswa mengerjakan tugas. Dalam BTS terdapat soal-soal latihan dari materi pelajaran yang diajarkan. Pada kenyataannya siswa lebih tertarik mengerjakan PR dari hasil observasi, praktikum atau mencari artikel-artikel dari koran dan tidak hanya dari BTS (Buku Tugas Siswa).Sejalan dengan hal tersebut Woolfolk (1993) mengatakan bahwa tugas harus dapat membangkitkan ketertarikan dan rasa ingin tahu bagi siswa. Ketika tugas tersebut tidak menarik bagi siswa maka ia tidak akan termotivasi untuk mengerjakan PR-nya.
1.4. Beban dan waktu pemberian PR
Banyaknya PR yang diberikan dan waktu pemberian PR juga mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Salah satu yang dirasa siswa menjadi penyebab mereka tidak mengerjakan PR adalah banyak PR yang harus mereka kerjakan dalam waktu yang bersamaan. Siswa merasa bahwa pada saat-saat tertentu mereka mendapat PR dari berbagai mata pelajaran secara bersamaan. Hal ini menyulitkan mereka dalam mengerjakan PR dengan baik. Kondisi ini menunjukkan pentingnya koordinasi antara para guru pengajar, sehingga pemberian tugas dapat dijadwalkan dengan lebih baik. Di samping itu, hal ini juga menunjukkan perlunya usaha integratif dari para guru, sehingga satu tugas dapat mencapai sasaran pengajaran dari berbagai mata pelajaran.
Waktu pemberian PR menurut guru juga ikut mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Seluruh guru dalam penelitian ini mengatakan bahwa mereka memberikan PR ketika materi pelajaran selesai diberikan. Namun, banyak siswa dalam penelitian ini mengeluhkan bahwa sekarang ini banyak tugas yang diberikan oleh guru sebelum materi pelajaran diberikan, sehingga hal tersebut menjadi hambatan bagi siswa untuk mengerjakannya. Siswa merasa kesulitan karena tidak tahu materi yang diajarkan.
Meskipun siswa menyadari bahwa kurikulum yang digunakan dalam sekolah adalah KBK dimana siswa dituntut untuk lebih aktif, namun kebanyakan siswa merasa malas mengerjakan PR karena tidak mengerti materi apa yang digunakan untuk mengerjakan PR. Siswa ingin guru menerangkan terlebih dahulu materi pelajaran dengan baik sehingga ketika guru memberikan PR siswa tahu bagaimana harus mengerjakan.Nasution (2005) menyatakan bahwa tugas guru yang utama sekarang ini bukan lagi menyampaikan pengetahuan, melainkan memupuk pengertian, membimbing mereka untuk belajar sendiri.
A. Faktor Eksternal
1.1. Tindak lanjut guru dalam pemberian PR
Faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa dalam mengerjakan PR adalah tindak lanjut dari pemberian PR. Seluruh siswa dalam penelitian ini merasakan bahwa guru yang kurang memperhatikan tindak lanjut dari pemberian PR menjadikan mereka kurang termotivasi mengerjakan PR. Sekalipun para guru menyatakan bahwa mereka membahas, mencocokkan dan memberikan nilai pada PR siswa, namun sebagian siswa menyatakan bahwa guru biasanya hanya membahas soal-soal PR yang dianggapnya sulit atau hanya menandatangi PR yang sudah mereka kerjakan tanpa membahasnya. Menurut mereka soal yang sulit bagi seseorang belum tentu sulit bagi yang lain, karenanya mereka ingin sekali soal-soal PR dapat dibahas semuanya, sehingga mereka dapat mengetahui benar-tidaknya yang telah mereka kerjakan.Guru sebagai informan di sini memang menyatakan bahwa ia melakukan tindak lanjut terhadap PR yang diberikan. Namum tampaknya tindak lanjut belum diberikan secara maksimal sehingga hal tersebut mengurangi motivasi siswa dalam mengerjakan PR.
Apa yang disampaikan oleh para siswa selaku informan sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rusyan et al. (1989), bahwa peserta didik yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan itu akan menimbulkan kepuasan dan akan mendorong belajar yang lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi atau dapat pula menjadi cambuk. Ketika siswa tidak tahu hasil dari mengerjakan PR maka ia tidak akan termotivasi untuk mengerjakan PR. Demikian juga menurut Nasution (2005), bahwa tidak ada metode mengajar yang menjamin keberhasilan. Keberhasilan baru diketahui bila ada penilaian yang dapat menunjukkan kesalahan dan kekurangan sebagai umpan balik (feedback) untuk diperbaiki. Mengabaikan feedback adalah meniadakan salah satu aspek yang penting dalam proses belajar.
1.2. Pemberian nilai
Faktor pemberian nilai juga ikut mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Menurut para siswa, tidak adanya pemberian nilai untuk apa yang sudah mereka kerjakan akan menurunkan motivasi mereka dalam mengerjakan PR. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Woolfolk (1993), bahwa siswa perlu mendapatkan penghargaan dan reward (hadiah) atas apa yang telah mereka kerjakan. Reward yang diberikan bisa berupa nilai, hadiah atau sekedar pujian, dengan demikian siswa akan termotivasi untuk mengerjakan PR.
1.3. Jenis PR
Jenis PR yang diberikan oleh guru juga mempengaruhi motivasi siswa untuk mengerjakannya. Guru mengatakan bahwa jenis PR yang diberikan berbeda-beda untuk tiap mata pelajaran. Semua tergantung dari materi pelajarannya. Tiap guru memiliki cara yang berbeda pula untuk membuat siswa tertarik dengan PR yang diberikan.
Para siswa menyatakan bahwa selama ini sekolah banyak menggunakan BTS sebagai panduan siswa mengerjakan tugas. Dalam BTS terdapat soal-soal latihan dari materi pelajaran yang diajarkan. Pada kenyataannya siswa lebih tertarik mengerjakan PR dari hasil observasi, praktikum atau mencari artikel-artikel dari koran dan tidak hanya dari BTS (Buku Tugas Siswa).Sejalan dengan hal tersebut Woolfolk (1993) mengatakan bahwa tugas harus dapat membangkitkan ketertarikan dan rasa ingin tahu bagi siswa. Ketika tugas tersebut tidak menarik bagi siswa maka ia tidak akan termotivasi untuk mengerjakan PR-nya.
1.4. Beban dan waktu pemberian PR
Banyaknya PR yang diberikan dan waktu pemberian PR juga mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Salah satu yang dirasa siswa menjadi penyebab mereka tidak mengerjakan PR adalah banyak PR yang harus mereka kerjakan dalam waktu yang bersamaan. Siswa merasa bahwa pada saat-saat tertentu mereka mendapat PR dari berbagai mata pelajaran secara bersamaan. Hal ini menyulitkan mereka dalam mengerjakan PR dengan baik. Kondisi ini menunjukkan pentingnya koordinasi antara para guru pengajar, sehingga pemberian tugas dapat dijadwalkan dengan lebih baik. Di samping itu, hal ini juga menunjukkan perlunya usaha integratif dari para guru, sehingga satu tugas dapat mencapai sasaran pengajaran dari berbagai mata pelajaran.
Waktu pemberian PR menurut guru juga ikut mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Seluruh guru dalam penelitian ini mengatakan bahwa mereka memberikan PR ketika materi pelajaran selesai diberikan. Namun, banyak siswa dalam penelitian ini mengeluhkan bahwa sekarang ini banyak tugas yang diberikan oleh guru sebelum materi pelajaran diberikan, sehingga hal tersebut menjadi hambatan bagi siswa untuk mengerjakannya. Siswa merasa kesulitan karena tidak tahu materi yang diajarkan.
Meskipun siswa menyadari bahwa kurikulum yang digunakan dalam sekolah adalah KBK dimana siswa dituntut untuk lebih aktif, namun kebanyakan siswa merasa malas mengerjakan PR karena tidak mengerti materi apa yang digunakan untuk mengerjakan PR. Siswa ingin guru menerangkan terlebih dahulu materi pelajaran dengan baik sehingga ketika guru memberikan PR siswa tahu bagaimana harus mengerjakan.Nasution (2005) menyatakan bahwa tugas guru yang utama sekarang ini bukan lagi menyampaikan pengetahuan, melainkan memupuk pengertian, membimbing mereka untuk belajar sendiri.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat
Penelitian yang berjudul”Studi tentang penyebab siswa mengerjakan
pekerjaan rumah di sekolah”di lakukan oleh peneliti pada tanggal -
-2011 di SMA Negeri 1 Tellusiattinge
Kab.Bone.
B.Jenis Penelitian
Dalam hal ini peneliti akan melakukan penelitiannya dalam bentuk metode study kasus,karena dalam hal ini
peneliti mengandalkan domain survei untuk mendapatkan hasil penelitian.
C.Variabel Penelitian
Pada pembahasan ini yang berperan sebagai variabel bebas adalah siswa dan
variabel terikatnya yaitu pekerjaan rumah.
D.Definisi Variabel
Siswa adalah seseorang yang sedang mencari ilmu dengan belajar bersama
guru di sekolah.Sedangkan,pekerjaan rumah adalah tugas yang di berikan oleh
guru kepada siswa untuk di kerjakan di rumah.
E.Desain Penelitian
Penelitian tentang studi
penyebab siswa mengerjakan pekerjaan
rumah di sekolah yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tellusiattinge dalam bentuk
metode wawancara dilakukan untuk mengetahui penyebab siswa mengerjakan
pekerjaan rumah di sekolah.
F.Prosedur Penelitian
-Persiapan
Sebelum penelitian dalam bentuk
wawancara dilakukan peneliti dalam hal ini terlebih dahulu menyiapkan
pokok-pokok pembahasan yang akan di bahas dalam wawancara tersebut.Adapun
pokok-pokok pembahasan dalam wawancara tersebut yaitu:
a.Apakah penyebab siswa mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah
b.Apakah pemberian pekerjaan rumah dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa
-Pelaksanaan
Setelah peneliti menyiapkan
hal-hal yang dianggap penting dalam wawancara tersebut,selanjutnya peneliti
akan mencari narasumber baik dari
kalangan guru ataupun siswa yang bias di wawancarai dan dapat memberikan
jawaban yang tepat dan jelas.
Dalam proses wawancara peneliti akan
mencatat pokok-pokok jawaban dari setiap narasumber dan di kumpulkan dalam
bentuk hasil wawancara.Kemudian jawaban yang sudah di kumpulkan akan di
simpulkan menjadi hasil penelitian.
-Skema Penelitian
Metode
penyebab siswa mengerjakan pekerjan rumah di sekolah
Wawancara
dengan narasumber
Pengumpulan
hasil wawancara
Penyimpulan
hasil wawancara
Hasil
penelitian
Read more: http://lpunrt.blogspot.com/2012/03/studi-tentang-penyebab-siswa.html#ixzz1tg1sSabR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar